Selasa, 29 November 2011

SMART Tunnel

Sebetulnya sudah banyak artikel yang membahas tentang SMART Tunnel atau Stormwater Management and Road Tunnel yang dimiliki negara tetangga kita Malaysia. Pembangunan terowongan yang kemudian diberi nama smart tunnel ini tujuan utamanya adalah mengatasi banjir ibu kota Malaysia. Kemudian dikembangkan untuk berbagai jenis keperluan seperti terowongan untuk LRT (Light Trainsport Railway), Jalan tol, hingga yang dipergunakan untuk hybrid (jalan tol sekaligus untuk pengendali banjir. Kebijakan membangun teknologi ini merupakan hal yang luar biasa, mengingat biaya yang dihabiskan mencapai 3,9 triliun serta kemungkinan kesalahan penghitungan dan analisa para teknisi.

Terowongan yang dibangun tepat dibawah kota Kuala Lumpur. terowongan serba guna (multi purpose) yang dimulai dari dalam kota hingga mendekati Kuala Lumpur International Airport (KLIA) melalui Seremban Expressway yang diberi nama Stormwater Management and Road Tunnel (SMART). Terowongan itu terdiri dari 2 komponen yaitu Terowongan Banjir (Stormwater Tunnel) sepanjang 9,7 km (6 mil) dan Terowongan Kendaraan (Motorway Tunnel )sepanjang 4 km (2,5 mil) dengan 4 lajur yangbersusun dua (double-deck).

Jadi uniknya terowongan itu selain berfungsi untuk mengalirkan banjir bandang (flash flood) ke sungai juga dipakai untuk lalulintas kendaraan kecil (terlarang bagi sepeda motor dan kendaraan berat) dengan dipungut bayaran hanya untuk penumpangnya saja. Dalam kondisi normal terowongan dipakai untuk arus lalulintas kendaraan, sedangkan dalam kondisi banjir besar terowongan segera ditutup untuk lalulintas kendaraan dan baru dibuka kembali setelah 48 jam berlalu. 


Dalam standart operasinya, ada tiga mode pengoperasian Smart Tunnel. Ketika kondisi hujan normal maka Smart Tunnel akan dialiri air pada bagian lantai pertama saja, arus transportasi tetap digunakan. Ketika terjadi Hujan dalam tingkat tinggi maka seluruh lantai pada Smart Tunnel akan difungsikan sebagai saluran air.


Terowongan dilengkapi dengan control room yang canggih dengan menerapkan sistem terbaru dalam manajemen operasi, pengawasan dan pemeliharaan dari SMART System. Untuk sistem ventilasi dibuat lubang ventilasi setiap interval 1 km dan air fresh injector untuk memasukkan udara segar kedalam terowongan dari fan yang dipasang diluar terowongan. Dalam terowongan terdapat alat pemadam kebakaran, telekomunikasi dan peralatan pemantau setiap jarak 1 km. Masa konstruksi terowongan itu berlangsung 4 tahun, dimulai pada tahun 2003 dan selesai tahun 2007 dengan menggunakan metode pengeboran tanah menggunakan alat TBM (Tunnel Boring Machine). 

Terbukti setelah beroperasi terowongan tersebut dapat membebaskan puluhan kali kota KL dari banjir besar yang melandanya sehingga kota KL berani mengklaim sebagai satu-satunya kota didunia yang bebas banjir. Langkah keberhasilan Malaysia kiranya dapat menjadi contoh bagi kita dalam mengatasi masalah banjir yang tidak pernah selesai. Semoga saja suatu saat kota-kota langganan banjir di indonesia bisa memiliki teknologi untuk mengatasi banjir.

Aku mulai mengerti cinta ketika maut menjemput Suamiku!!

Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :
Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.
Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.
Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.
Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkimpoianku, aku juga membenci kedua orangtuaku.
Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.
Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.
“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.
Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi,* ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.
Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.
Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.
Saat* pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.
Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya* dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.. :
Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Terkadang disaat bersama kita kurang menghargai orang orang yang bersama kita, disaat kehilangan nya baru kita mengenal apa itu arti cinta sebenarnya. Sebelum kita ditinggalkan orang2 yang tercinta, yang setia menemani kita, berikan lah balasan cinta kita sepenuh hati pada mereka, sekarang masih belum terlambat teman2.



sumber: klik disini

Senin, 28 November 2011

TANTANGAN

Ada seorang pria bernama Jaka dan wanita bernama Juli

Jaka memberi pacarnya Juli sebuah tantangan; untuk sehari penuh hidup tanpa Jaka dan jika Juli berhasil  melakukannya maka Jaka akan lebih mencintai Juli.

Juli setuju dan dia tidak berbicara dengan Jaka selama sehari penuh, tanpa sepengetahuan Juli, Jaka hanya memiliki 24 jam untuk hidup karena ia menderita kanker.

Juli pergi ke rumah Jaka hari berikutnya dan mendapatkan Jaka sudah tiada.
Air mata jatuh dari matanya dan Juli pun tertunduk dan dilihatnya dalam peti mati tersebut tertinggal sebuah catatan di samping tubuh Jaka berisi, "Kamu berhasil sayang, mulai hari ini kamu dapat melakukan tantangan ini setiap hari"

Selamat beristirahat sahabat.

KAYA DAN MISKIN

Suatu hari, seorang ayah dari keluarga yang sangat kaya mengajak anaknya berangkat ke negara lain dengan tujuan untuk menunjukkan kepada anaknya bagaimana orang miskin hidup.

Mereka menghabiskan beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang dianggap sebagai keluarga yang sangat miskin.

Pada saat mereka kembali dari perjalanan mereka, sang ayah bertanya pada anaknya, "Bagaimana perjalanannya?"

"Sangat menyenangkan, Ayah."

"Apakah kamu melihat bagaimana orang miskin hidup?" sang ayah bertanya.

"Oh iya" kata anak itu.

"Jadi, katakan padaku, apa yang kamu pelajari dari perjalanan ini?" tanya ayahnya.


Si anak menjawab:
"Saya melihat bahwa kita punya satu anjing, mereka punya empat."

"Kita punya kolam renang yang panjangnya sampai pertengahan taman kita dan mereka memiliki sungai yang tidak ada ujungnya."

"Kita mengimpor lentera-lentera di taman kita dan mereka memiliki bintang-bintang di malam hari."

"Teras kita memanjang sampai halaman depan dan mereka memiliki cakrawala secara keseluruhan."

"Kita memiliki berapa hektar tanah untuk tempat tinggal dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita."

"Kita memiliki pelayan yang melayani kita, tapi mereka melayani sesamanya."

"Kita membeli makanan kita, mereka menanamnya sendiri."

"Kita punya tembok disekeliling rumah untuk melindungi kita, mereka punya teman untuk melindungi mereka."

Ayah anak itu terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa.

Kemudian sang anak menambahkan, "Terima kasih Ayah untuk menunjukkan kepada saya betapa miskinnya kita."


Bukankah perspektif hal yang indah?
Membuat Anda bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika kita semua bersyukur atas segala yang kita miliki, bukan mengkhawatirkan tentang apa yang tidak kita miliki.

AYAH DAN ANAK

Seorang pria pulang dari bekerja lembur, lelah dan jengkel, dan menemukan putranya 5 tahun sudah menunggunya di pintu.

ANAK: 'Ayah, bolehkah saya mengajukan pertanyaan? "

AYAH: "Ya tentu, apa pertanyaanmu? ' jawab ayahnya.

ANAK: "Ayah, berapa banyak uang yang Ayah hasilkan dalam satu jam?"

AYAH: "Itu bukan urusanmu. Mengapa kamu bertanya seperti itu? " Ayah itu berkata sambil marah.

ANAK: "Aku hanya ingin tahu. Tolong beritahu aku, berapa banyak Ayah hasilkan dalam satu jam?"

AYAH: "Jika kamu memang mau tahu, ayah menghasilkan Rp 50.000,- per jam."

ANAK: "Oh," jawab anak kecil itu dengan kepala tertunduk.

ANAK: "Ayah, bolehkah aku meminjam Rp 25.000,-? '

Sang ayah marah, "Jika satu-satunya alasan kamu bertanya begitu agar kamu dapat meminjam uang untuk membeli mainan konyol atau omong kosong lainnya, maka kamu harus mencari uang sendiri dan sekarang pergilah ke tempat tidur. Pikirkan mengapa kamu begitu egois. Aku tidak bekerja keras setiap hari untuk memuaskan pikiran kekanak-kanakan seperti itu. "


Anak kecil itu diam, pergi ke kamarnya dan menutup pintu.

Sang ayah itu duduk dan masih dengan kemarahannya berpikir tentang pertanyaan anak kecil itu. Berani-beraninya dia bertanya seperti itu hanya untuk mendapatkan uang?

Setelah sekitar satu jam atau lebih, sang ayah itu tenang, dan mulai berpikir:

Mungkin ada sesuatu yang benar-benar diperlukan untuk dibeli dengan Rp 25.000,- itu karena sang anak tidak sering meminta uang. Sang ayah itu pergi ke kamar anak laki-lakinya dan membuka pintu.

"Apakah kamu sudah tidur, Nak?" Dia bertanya.

"Tidak Ayah, aku masih bangun," jawab si anak.

"Ayah sudah berpikir, mungkin ayah terlalu keras pada kamu sebelumnya" kata sang ayah. "Hari ini merupakan hari yang panjang dan ayah melampiaskan kejengkelan ayah pada kamu. Ini Rp 25.000,- yang kamu minta tadi. "

Anak kecil itu duduk tegak, tersenyum. "Oh, terima kasih ayah!" teriaknya. Kemudian, dari bawah bantalnya dia mengeluarkan beberapa lembar uang yang sudah kusut.

Pria itu melihat bahwa anak itu sudah punya uang, mulai marah lagi.

Anak kecil perlahan menghitung uangnya, kemudian menatap ayahnya.

"Mengapa kamu ingin punya lebih banyak uang jika kamu sudah memilikinya?" ayah menggerutu.

"Karena aku tidak punya cukup uang, tapi sekarang sudah cukup," jawab anak kecil itu.

"Ayah, aku punya Rp 50.000,-. Bisakah aku membeli satu jam dari waktu Ayah? Ayah dapat datang besok agak pagian setelah kerja. Aku ingin makan malam bersama Ayah."

Sang ayah hancur. Dia melingkarkan lengannya memeluk anaknya, dan dia memohon pengampunan-Nya.

Ini hanya pengingat singkat untuk Anda semua yang bekerja begitu keras dalam hidup. Kita tidak boleh membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa harus menggunakan waktu dengan orang-orang yang benar-benar berarti bagi kita, orang yang dekat dengan hati kita. Jangan lupa untuk berbagi senilai Rp 50.000,- dari waktu Anda dengan seseorang yang Anda cintai.

CERITA BISKUIT

Seorang wanita muda sedang menunggu keberangkatan di boarding room sebuah bandara ternama.

Ia harus menunggu berjam-jam, dan ia memutuskan untuk membeli sebuah buku untuk menghabiskan waktunya. Tak lupa, dia juga membeli sebungkus biskuit.

Dia duduk di kursi, di ruang VIP bandara, untuk beristirahat dan membaca dengan damai.

Paket biskuit terletak di sampingnya, dan di kursi sebelah ada seorang pria sedang duduk, membuka majalah dan mulai membaca.

Ketika ia mengambil biskuit pertama, pria itu mengambil satu juga.
Dia merasa kesal tetapi tidak mengatakan apa-apa.

Dia hanya berpikir, "Apaan sih orang ini kok ambil biskuit seenaknya, jika saya sedang kesal, saya akan memukulnya!"



Untuk setiap biskuit yang diambil, pria itu juga mengambil satu...
Wanita tersebut sangat jengkel, tapi dia tidak ingin menimbulkan keributan.

Ketika hanya satu biskuit tersisa, ia berpikir:
"Ah ... apa yang dilakukan pria aneh ini sekarang?"

Kemudian, pria mengambil biskuit terakhir, dipatahkan dan dibagi menjadi dua, dan menaruh setengah satunya untuk wanita tersebut.

Ah! Itu sudah keterlaluan!

Wanita itu sangat marah! Dan dalam kekesalannya, dia mengambil bukunya, dan segera meninggalkan pria tersebut dan pergi ke pesawat.

Ketika ia duduk di kursinya di dalam pesawat, ia melihat dan meraba-raba ke dalam tasnya untuk mengambil kacamatanya ... dan tiba-tiba ... paket biskuitnya ada di sana, tak tersentuh ...dan belum dibuka!

Dia merasa sangat malu!
Dia menyadari bahwa dia salah ...
Dia lupa bahwa biskuitnya disimpan di dalam tasnya.

Pria itu telah membagi biskuit dengan dia, tanpa merasa marah atau kesal ...
sementara ia sangat marah, berpikir bahwa ia membagi biskuit dengan dia.

Dan sekarang, tidak ada kesempatan untuk menjelaskan atau meminta maaf ...

Cerita ini sangatlah menarik dan sedikit menggelitik, namun mengingatkan kita bahwa terkadang kita kesal atau marah terhadap situasi yang menurut kita salah. Coba teliti dan telusuri lagi setiap situasi dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Karena dengan itu, kita dapat dengan baik mengenal situasi yang kita alami daripada hanya sekedar berasumsi.

INGAT SIAPA YANG MELAYANI ANDA

Pada suatu hari, seorang anak berusia 10 tahun memasuki sebuah restoran yang juga menjual es krim dan duduk di sebuah meja. Seorang pelayan meletakkan segelas air di depan anak tersebut. "Berapa satu es krim Sundae?" Tanyanya. "Rp 5.000,-" jawab si pelayan.

Anak kecil menarik tangannya keluar dari saku dan menghitung lembaran dan koin yang dibawanya.

"Kalau untuk es krim polos biasa berapa?" Tanya dia. Karena lebih banyak pelanggan datang dan menunggu di meja yang lain, maka si pelayan semakin menjadi tidak sabar. "Rp 4.000,-" Dia menjawab dengan kasar.


Anak kecil menghitung koin nya. "Saya pesan es krim polos biasa," katanya. Si pelayan membawakan es krim, meletakkan tagihan di meja dan berjalan pergi. Setelah beberapa saat, anak itu selesai makan es krim, membayar ke kasir dan pergi.

Ketika pelayan itu kembali, ia mulai menangis terharu sambil mengelap meja. Di sana, ditempatkan dengan rapi di samping piring kosong, dua koin lima ratus perak. Ternyata anak tersebut tidak dapat membeli es krim Sundae, karena ia harus memiliki cukup uang sisa untuk meninggalkan tip.

BELAJAR CINTA DARI CICAK

Ketika sedang merenovasi sebuah rumah, seseorang mencoba merontokan tembok. Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong di antara tembok yang terbuat dari kayu. Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor cicak terperangkap diantara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah surat.
Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengecek surat itu, ternyata surat tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.
Apa yang terjadi? Bagaimana cicak itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun? Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikit pun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal.

Orang itu lalu berpikir, bagaimana cicak itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada surat itu! Bagaimana dia makan?
Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan cicak itu. Apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. Kemudian, tidak tahu dari mana datangnya, seekor cicak lain muncul dengan makanan di mulutnya..aahhh!
Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor cicak lain yang selalu memperhatikan cicak yang terperangkap itu selama 10 tahun.
Sungguh ini sebuah cinta, cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor cicak itu. apa yang dapat dilakukan oleh cinta? Tentu saja sebuah keajaiban. Bayangkan, cicak itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. Bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu menganggumkan.

JANGAN PERNAH MENGABAIKAN ORANG YANG ANDA KASIHI!

TEMUKAN CINTA ANDA

Bila anda tak mencintai pekerjaan anda, maka cintailah orang yang bekerja disana, Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu dan pekerjaan pun jadi menggembirakan, Bila anda tak mencitai rekan-rekan kerja anda maka cintailah suasana dan gedung kantor anda.
Ini mendorong anda untuk bergairah berangkat kerja dan melakukan tugas-tugas dengan lebih baik lagi, Bila toh anda juga tidak bisa melakukanya, cintailah setiap pengalaman pulang pergi dari dan ketempat kerja anda.

Perjalanan yang menyenangkan menjadi tujuan tampak menyenangkan juga, Namun bila anda tak menemukan kesenangan disana, maka cintai apapun yang bisa anda cintai dari kerja anda: tanaman penghias meja, cicak di atas dinding atau gumpalan awan dari balik jendela. Apa saja, Bila anda tak menemukan yang bisa anda cintai dari pekerjaan anda, maka mengapa anda ada di situ? tak ada alasan bagi anda untuk tetap bertahan.
Cepat pergi dan carilah apa yang anda cintai, lalu bekerjalah di sana, Hidup hanya sekali tak ada yang lebih indah sekali melakukan dengan rasa cinta yang tulus.

CARA ALAM MENGHIBUR KITA

Pernahkah kita mengalami ketika hujan deras mengguyur, kita lupa membawa payung. Lalu kita pun berbasah kuyup kedinginan. Namun, ketika kita siapkan jas hujan, justru panas dan terik datang membakar hari. Sebalkah anda?
Atau mungkin kita pernah terburu-buru mengejar waktu, tetapi perjalanan malah tersendat, seolah membiarkan kita terlambat. Namun, ketika kita ingin melaju dengan tenang, pengendara lain malah membunyikan klakson agar kita mempercepat langkah. Sebalkah anda?
Mengapa keadaan seringkali tidak bersahabat? Mereka seakan meledek, mengecoh, bahkan tertawa terbahak-bahak. Inikah yang disebut dengan “ketidakmujuran”?
Sadari saja, itu adalah cara alam menghibur kita. Itulah cara alam mengajak kita tersenyum, menertawakan diri kita sendiri, dan bergurau secara nyata. Kejengkelan itu muncul dari karena kita tak mencoba bersahabat dengan keadaan. Kita hanya mementingkan diri sendiri. Kita lupa bahwa jika toh keinginan kita tidak tercapai, tak ada salahnya kita menyambutnya dengan senyum, meski secara kecut, tak apalah

Kamis, 24 November 2011

FLOWCHART UPDATE DATA SEQUENTIAL





PROGRAM SORTIR DATA



Program output_pascal;
uses crt;
label z;
label l;
var textfile:text;
    FileName, TFile : String;
    a:array[1..15] of string;
    i,j:integer;
    x,v:char;
    temp: string;

procedure input;
Begin
 clrscr;
 Writeln('press Enter to input data '+
+' of the text file:');
 readln(FileName);
 writeln('.......DATA MAHASISWA......');
 writeln('--------------------------');
 writeln('KELAS   NAMA        NPM');
 writeln('--------------------------');
 {A .txt file will be assigned to a text variable}
 Assign(textfile, 'G:\contoh.txt');
 Reset(textfile); {'Reset(x)' - means open the file x}
 Repeat
  Readln(textfile,TFile);
  Writeln(TFile);
 Until Eof(textfile);
 Close(textfile);
 Readln;
End;

procedure sort;
begin
clrscr;
assign(textfile,'G:\contoh.TXT');
  reset(textfile);
  for i:=1 to 15 do readln(textfile,a[i]);
  close(textfile);



  for i:=1 to 14 do
    for j:=i to 15 do
      if a[j]<a[i] then
        begin
          temp:=a[i];
          a[i]:=a[j];
          a[j]:=temp;
        end;

assign(textfile,'G:\contoh.TXT');
rewrite(textfile);
for i:=1 to 15 do writeln(textfile,a[i]);
close(textfile);
end;


procedure output;
Begin
 clrscr;
 Writeln('Enter the file name '+
        +'(with its full path) of the text file:');
 readln(FileName);
 writeln('......DATA MAHASISWA......');
 writeln('--------------------------');
 writeln('KELAS   NAMA        NPM');
 writeln('--------------------------');
 {A .txt file will be assigned to a text variable}
 Assign(textfile, 'G:\contoh.txt');
 Reset(textfile); {'Reset(x)' - means open the file x}
 Repeat
  Readln(textfile,TFile);
Writeln(TFile);
 Until Eof(textfile);
 Close(textfile);
 Readln;
End;

begin
z: clrscr;
gotoxy(8,10); write('|******************|');
write(' Program Penyorting');
writeln('|******************|');writeln;
gotoxy(9,11);writeln('---------------------------------------------------------');
gotoxy(30,13);writeln('1.Masukkan Data');
gotoxy(30,14);writeln('2.Pensortiran Data');
gotoxy(30,15);writeln('3.Output');
gotoxy(30,16);writeln('4.Exit ');
gotoxy(1,20);writeln('Masukkan Pilihan (1,2,3,4) : ');readln(x);

case x of
'1' : input;
'2' : sort;
'3' : output;
'4' : goto l;
end;

if x = '2' then
begin
clrscr;
writeln('Selesai(tekan Enter)'); readln;
goto z;
end;
writeln('Apakah anda ingin kembali ke menu? : '); readln(v);
if (v = 'y') or (v = 'Y') then goto z;

l: end.